sadarkah kitahidup ini kebohongan?
bicara tentang kebohongan
bernafas dalam kebohongan
membela dalam kebohongan
bohong...
seakan tlah mendarah daging dinegeri ini
makan minum untuk menyambung kebohongan
sekolah untuk memperpintar kebohongan
bercinta untuk memuaskan kebohongan
bahkan beribadah dalam kebohongan
bohong...
ini semua bohong
benarkah yang kita ucapkan?
benarkah yang dia ucapkan?
benarkah yang kau ucapkan?
ah...pasti semuanya bohong, bohong dan bohong
kita tlah hidup dalam dunia kebohongan...
Muara Bungo, 11 Oktober 2012
Nanda Elansyah
Selasa, 11 Desember 2012
Rabu, 02 Mei 2012
kemarin hari ini
hidup bagai kamuflase yang sulit di terjemahkan backgroundnya,,
baru kemarin aku merasakan eforia kesenangan itu,,
dan hari ini..harus ku teguk lagi pil pait,,yang membungkam hatiku..
dengan penuh perasaan..belum tentu meraih keabadian..
dengan tulus hati,,belum bisa mempercayakan..
aku,,orang yang di tikam hatinya..
di cabik-cabik punggungnya,,
dan di peras keringatnya..
penuh tatih menginginkan kebebasan..
bebas dalam diam..dan bebas dalam masa depan..
sepenuh-penuhnya hati ini..pasti masih ada sedikit ruang kosong,,
aku galau..karna kebebasanku..
(Dhea Ayako)
baru kemarin aku merasakan eforia kesenangan itu,,
dan hari ini..harus ku teguk lagi pil pait,,yang membungkam hatiku..
dengan penuh perasaan..belum tentu meraih keabadian..
dengan tulus hati,,belum bisa mempercayakan..
aku,,orang yang di tikam hatinya..
di cabik-cabik punggungnya,,
dan di peras keringatnya..
penuh tatih menginginkan kebebasan..
bebas dalam diam..dan bebas dalam masa depan..
sepenuh-penuhnya hati ini..pasti masih ada sedikit ruang kosong,,
aku galau..karna kebebasanku..
(Dhea Ayako)
Bila Nyawa Telah didownload
Mumpung masih hidup,
sungguh indah hidup ini bila kita merasa diawasi, merasa setiap saat
ada yang sedang mendokumentasikan kita. Yang jelas saat roh kita sudah
didownload maka kesempatan untuk membersihkan diri dari virus-virus dan
meng-edit kembali menjadi lebih baik itu sudah tidak bisa, kecuali
karena rahmatNya
IMAM
''Manusia itu tercipta untuk kehidupan abadi (akhirat). Janganlah engkau jadikan masadepanmu yg abadi itu gelap dan menyengsarakan hanya karena lupa diri dengan kesenangan sesa’at namun menyesatkan masa depanmu itu”
(Adie Jail)
IMAM
''Manusia itu tercipta untuk kehidupan abadi (akhirat). Janganlah engkau jadikan masadepanmu yg abadi itu gelap dan menyengsarakan hanya karena lupa diri dengan kesenangan sesa’at namun menyesatkan masa depanmu itu”
(Adie Jail)
99 nama
99 nama ku eja penuh maknasyahdu,khusuk penuh damba
hening
sunyi
hingga tak mampu sembunyikan
sisa-sisa air mata di hadapannya
dia maha sempurna
biji tasbih kulantunkan dengan kata dzikir
laillahaaillahah
laillahaaillahah
laillahaaillahah
hening,
sunyi
dia maha sempurna
(Thary Eka Oktarika)
hening
sunyi
hingga tak mampu sembunyikan
sisa-sisa air mata di hadapannya
dia maha sempurna
biji tasbih kulantunkan dengan kata dzikir
laillahaaillahah
laillahaaillahah
laillahaaillahah
hening,
sunyi
dia maha sempurna
(Thary Eka Oktarika)
“Nyanyian Muhammad”
Lihatlah batuan sumber
Kedamaian yang terang
Terlihat seperti bintang
Tentang awan
Remaja pemberi makanan
Baik pengusir setan
Pemuda segar
Dia tarian dari awan
Pada batu marmer
Membuat suara yang menyenangkan
Setelah langit
Melalui tingkatan yang tinggi
Berburu batu kerlap-kerlip
Dan dengan tendangan awal pemimpin
Dia menarik saudaranya
Seiring dengan itu.
Dibawahnya lembah
Dibawah sepak tendangan bunga
Dan padang rerumputan
Hidup dengan hembusan nafasnya
Namun tidak memegang naungan lembah
Tidak ada bunga
Mereka membungkus disekitar lututnya
Menyanjung dia dengan mata cinta
Setelah dataran membus jalannya
Di jalan ular
Aliran yang bersarang
Dia mudah masuk pergaulan
Pesawat dihiasi perak
Dan dataran sungai-sungai
Dan aliran dari pegunungan
Berteriak dan memanggilnya SAUDARA
Saudaraku bawa saudara-saudaramu
Dengan ayahmu yang tua
Untuk lautan yang kekal
Dengan lengan yang ramah-tamah
Tunggu kami
Yang,ah!,sia-sia dibuka
Merindukan-Nya untuk memahami
Karena kita makan di padang pasir
Keserakahan pasir,matahari di atas sana
Menghisap darah kita,sebuah bukit
Menghambat kami ke telaga!,saudaraku
Bawalah saudara-saudaraku dari pegunungan
Bawalah dengan ayahmu
Datanglah kalian semua
Dan sekarang dia bertambah besar
Sangat elok,seorang umat manusia
Mengusung bangsawan tinggi keatas
Dan kemenangan yang bergulir
Namanya berada disetiap negara,dan kota
Berada dibawah kakinya
Gemuruhnya tidak terhalangi
Membuat puncak menara api
Rumah marmer,sebuah ciptaan
Kekayaan dibelakangnya
Rumah kayu aras beruangkan atlas
Diatas pikulan besar;sambil mendesing
Pukulan dikepalanya
Seribu bendera diudara
Saksi dari kemulian-Nya
Dan dia membawa saudara-saudaranya
Hartanya,anaknya
Menanti kedatangan sang ayah
Untuk kediaman dihatinya
< Meinar Sari >
Kedamaian yang terang
Terlihat seperti bintang
Tentang awan
Remaja pemberi makanan
Baik pengusir setan
Pemuda segar
Dia tarian dari awan
Pada batu marmer
Membuat suara yang menyenangkan
Setelah langit
Melalui tingkatan yang tinggi
Berburu batu kerlap-kerlip
Dan dengan tendangan awal pemimpin
Dia menarik saudaranya
Seiring dengan itu.
Dibawahnya lembah
Dibawah sepak tendangan bunga
Dan padang rerumputan
Hidup dengan hembusan nafasnya
Namun tidak memegang naungan lembah
Tidak ada bunga
Mereka membungkus disekitar lututnya
Menyanjung dia dengan mata cinta
Setelah dataran membus jalannya
Di jalan ular
Aliran yang bersarang
Dia mudah masuk pergaulan
Pesawat dihiasi perak
Dan dataran sungai-sungai
Dan aliran dari pegunungan
Berteriak dan memanggilnya SAUDARA
Saudaraku bawa saudara-saudaramu
Dengan ayahmu yang tua
Untuk lautan yang kekal
Dengan lengan yang ramah-tamah
Tunggu kami
Yang,ah!,sia-sia dibuka
Merindukan-Nya untuk memahami
Karena kita makan di padang pasir
Keserakahan pasir,matahari di atas sana
Menghisap darah kita,sebuah bukit
Menghambat kami ke telaga!,saudaraku
Bawalah saudara-saudaraku dari pegunungan
Bawalah dengan ayahmu
Datanglah kalian semua
Dan sekarang dia bertambah besar
Sangat elok,seorang umat manusia
Mengusung bangsawan tinggi keatas
Dan kemenangan yang bergulir
Namanya berada disetiap negara,dan kota
Berada dibawah kakinya
Gemuruhnya tidak terhalangi
Membuat puncak menara api
Rumah marmer,sebuah ciptaan
Kekayaan dibelakangnya
Rumah kayu aras beruangkan atlas
Diatas pikulan besar;sambil mendesing
Pukulan dikepalanya
Seribu bendera diudara
Saksi dari kemulian-Nya
Dan dia membawa saudara-saudaranya
Hartanya,anaknya
Menanti kedatangan sang ayah
Untuk kediaman dihatinya
< Meinar Sari >
Senin, 23 April 2012
PUISI TERAKHIR
kupandangi dalamdalam,
kau di tengah kembara malam
sebelum lekang dan melambaikan jemari sebagai bukti
: kau akan pergi setelah pagi
elegi
kekuatan janji malam ini menua lantas mati
ruparupa rasa antara kita perlahan hambar meninggalkan sepah
bukan aku yang tak datang tepat pukul satu
namun cinta telah memudar sebelum aku tiba
aku melupa,
kemarin tidak guna menjadi prosa
sebab ini puisi terakhir sebelum malam hantarkan kita
ke pembaringan asa yang jadi debu
keberadaan malam mulai membugilkan rasa
aku, menyusun tanya :
di malam mana harus kuakhiri penantian padamu ?
Indralaya, 23 April 2012
kepada puisi malam ini
(Hestyas Priyanto (Pebria Hestiningtias) )
Langganan:
Postingan (Atom)