Rabu, 05 Oktober 2011

MEMBUNUH BUNDA


Turunlah dari peraduan mawar itu
Anakku, melepas kelopak mimpi dari
Kegelisahan reranting berduri
Lalu, kubawa

Kau meradangi rumah-rumah singgah
Melupakan bunda yang lelah
Terbantai di meja pesta
Hiruplah aroma darah yang berkeliaran
Di etalase emperan, mereguk debu bernanah
Di terminal – terminal. Kemudian.
Tikamkan kemaluanmu mendidih
Gedung-gedung. Biar boton dan kondom
Beranak pinak atas nama kejantanan!!

Di lorong – lorong pertempuran
Bunda sudah binasa. Sementara, jalan-jalan
Selalu memanggili kesunyian, namun
Tancapkan alamat nisan yang kau
Kenal ke atap dapur kematian. Asap
Sengketa harus mengepul, karena
Peperangan tak pernah mengenal
Dinding belas kasihan. Pancangkan cakrawala
Benakmu meninggi kebimbangan kota-kota

Kelak, orang-orang berebut
Membangun pasar ke relung dada
Karena rumah tidak lagi menampung
Sepetak sawah. Maka,
kuajak kau meninggalkan ranjangmu.
Menanggalkan busana usia
Hingga, anakmu
Kembali membunuh bunda

Bohemian Jakarta-jambi, Februari 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar