Gebyar sastra dalam rangka memperingati hari ulang tahun HISKI
KOMISARIAT BUNGO / SANGGAR KUBU BUNGO yang ke - 1 dan peringatan bulan
bahasa / hari sumpah pemuda yang ke - 83 kabupaten bungo 2011
A. LATAR BELAKANG
Didasarkan
pada kenyataan saat ini bahwa keidupan para penggiat sastra, sastrawan,
guru-guru bahasa dan sastra indonesia kurang mendapat dukungan dari
pemerintah maupun masyarakat menjadi ironis bila melihat peran sastra
sebagai sarana transformasi sosial budaya. Maka Himpunan Sarjana
Kesusateraan Indonesia (HISKI) Komisariat Bungo / sanggar kubu bungo
mengajak pemerintah bermitra memberdayakan pembelajaran sastra dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi melalui berbagai kegiatan
kesastraan baik yang bersifat akademik maupun non akademik.
Selain
itu HISKI juga berharap pemerintah dan masyarakat dapat berperan aktif
dalam berbagai kegiatan yang sifatnya menggali, mengembangkan dan
meningkatkan prestasi siswa dalam bidang sastra, dengan segala aspeknya,
karena pada dasarnya sastra mempunyai fungsi dan peranan penting dalam
pengembangan manusia yang bermartabat, berwawasan kebudayaan, serta
berkemampuan mengkaji dan mengembangkan kesusateraan secara fundamental.
Di
sisi lain, guru sebagai ujung tombak pembelajaran sastra disekolah,
mestinya memiliki sejumlah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
mengenai sastra (terutama lima aspek : mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, dan apresiasi sastra) sehingga dengan bekal itu, ia mampu
untuk mentransformasikan dengan baik kepada peserta didiknya.
Kendalanya
justru, para guru bahasa dan sastra indonesia, kurang memiliki semua
itu. Maka daripada itu, menyadari pentingnya kegiatan pengembangan
kesusastraan serta pemasyarakatan serta sekaligus sebagai upaya
pemberian motivasi dan sugesti bagi para guru, pelajar, penggiat,
pecinta sastra dan masyarakat umum mengenai sastra, maka HISKI
Komisariat Bungo / sanggar kubu bungo bersama Kantor Bahasa Jambi akan
menyelenggarakan satu kegiatan yang diharapkan dapat memberi kontribusi
positif bagi pelajar, guru, penggiat, pemerhati dan pecinta sastra di
Kabupaten Bungo.
B. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
- Pembukaan dilanjutkan Workshop Penulisan Artikel/Esai.
ð Hari / Tgl : Rabu, 02 November 2011
ð Wakru : 08.30 s.d 16.00 WIB.
ð Tempat : Gedung Pola Kantor Bupati Bungo
2. Dialog Sastra, bedah buku antologi puisi “Tiga Bukit Sungai Au” dan Lounching CD Musikalisasi Puisi Sanggar Kubu Bungo
ð Hari/Tgl : Rabu malam, 2November 2011
ð Pukul : 19.00 s.d 22.00 WIB
ð Tempat : Gedung Dharma Wanita Ma. Bungo
3. Festival baca Puisi ASA AWARD 4 terbuka untuk umum dan lomba Berbalas Pantun Bagi pelajar SMP/MTs dan SMA/MA sederajat.
ð Hari/Tgl : Kamis, 3 November 2011
ð Pukul : 8.00 s.d selesai
ð Tempat : Lapangan Pusparagam Bungo (lapangan Semagor)
4. Penutupan dan malam apresiasi Seni
ð Hari/Tgl : Kamis malam, 3 November 2011
ð Pukul : 19.00 s.d 23.00 2011
ð Tempat : Lapangan Puspa Ragam (lapangan Semagor) M. Bungo
C. SYARAT DAN KETENTUAN WORKSHOP / LOMBA
1. Workshop Menulis Artikel untuk Media Masa.
ð Membayar uang pendaftaran Rp. 100.000,- dan mengisi formulir Pendaftaran.
ð Peserta terbuka untuk Guru, Pelajar dan Mahasiswa.
ð Peserta akan mendapatkan Sertifikat, Konsumsi dan Makalah.
ð Bagi 20 artikel terbaik dari peserta workshop akan diterbitkan secara berkala pada koran lokal.
2. Lomba Baca Puisi ASA Award 4 Tahun 2011.
ð Mengisi formulir pendaftaran dan membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 100.000,-/Peserta
ð Peserta : Terbuka Untuk Umum.
ð Membawakan Puisi Ari Setia Ardi (Disiapkan Panitia)
ð Transportasi, akomodasi dan Konsumsi tidak di tanggung oleh panitia.
ð Hadiah
- Juara I : Uang Pembinaan Rp. 2.000.000,- , Piala Bergilir, Piala Tetap dan Sertifikat.
- Juara II : Uang Pembinaan Rp. 1.500.000,-, Piala Tetap, dan Sertifikat.
- Juara III : Uang Pembinaan Rp. 1.000.000,- , Piala Tetap dan Sertifikat.
3. Lomba Berbalas Pantun.
ð Mengisi Formulir pendaftaran dan membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 100.000,-/Group.
ð Peserta adalah pelajar setingkat SMP/MTS, SMA/MA di Kabupaten Bungo.
ð Satu Group terdiri atas 3 Orang.
ð Membawakan pantun secara spontan dengan tidak menggunakan teks dan sesuai dengan tema ( Tema Disiapkan Panitia)
ð Transportasi, akomodasi dan Konsumsi tidak di tanggung oleh panitia.
ð Hadiah
- Juara I : Uang pembinaan Rp.1.000.000,-, Piala Tetap dan Sertifikat.
- Juara II : Uang Pembinaan Rp.750.000,- , Piala Tetap, dan Sertifikat.
- Juara III : Uang Pembinaan Rp.500.000,- Piala Tetap dan Sertifikat.
ð Drs. Sudaryono, M.Pd. (Dosen, Budayawan, Sastrawan Jambi)
ð Feerlie Moonthana Indhra, S.Pd.MM. (Dosen, Ketua Hiski, Sastrawan Bungo)
E. PENUTUP
Untuk
keterangan lebih lanjut baik mengenai pendaftaran lomba, pelaksanaan,
makalah , puisi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan GEBYAR
SASTRA dapat menghubungi panitia yang beralamat di :
- Sekretariat HISKI Komisariat Bungo dengan alamat :
ð MAN Ma. Bungo : Jl. RM. Thaher , Komplek Perumnas Rimbo Tengah.
A.N. Feerlie Moonthana Indhra, S.Pd.MM , Tlp.081366760500
- Radio Gema Bungo FM : Jl. RM. Thaher Nomor 509 Muara Bungo. AN. Wulandari, Tlp. 085211437613
- BUTE EKSPRES , Kelurahan Cadika Muara Bungo, A.N. Anwar Tlp.085368903045
- Dewan Kesenian Jambi, A.N. Jumardi Putra Tlp.085267323168
- ketua sanggar kubu bungo An.H.Marwan padli.HM 081366451535
- Semua Pengurus HISKI Komisariat Bungo ( yang ada disekolah / Kampus di Kabupaten Bungo)
- Via E.Mail HISKi Komisariat Bungo : HISKIBUNGO@yahoo.com
Puisi ARI SETYA ARDHI untuk di pilih salah 1
1. MENGARUNGI KOTA MATAHARI
Jejak – jejak cinta melangkahi kepepakan
Kota pori matahari melindapi kesetiaan
Yang terseret – seret sepanjang alamat cahaya.
Gemerlap benih – benih rumah abadi
Sinar udara.
Kita menembus gedung – gedung tantangan
Jangan biarkan igauan mall dan
Lapangan golf mengusik keterlelapan
Lihat, jala yang kutebar masih
Mencari guguran air. Pelayaran
Dilautan matahari, merangas tajam
Silet pertemuan muara masa depan.
Kota – kota senja
Melepas kekalahan sauh, jentera nanah.
Namun, kapal-kapal dari tanganmu
Kusambut meluaskan dermaga. Pelabuhan kerja.
Biar, lepaskan kilau mercesuar di penjuru arah
Jendela terminal, pintu keberangkatan
Tak bertemu halte pemberhentian
Warisan pulau-pulau, stasiun usia
Meniupkan peluit, aku beranjak, kau bergerak.
Menghantarkan kedalaman jangkar-jangkar menara
Kita bercermin langit, maka batu-batu
Berjatuhan, menggiring menara gerhana.
Bohemian jambi, 12 September 2003
2. MEMBUNUH BUNDA
Turunlah dari peraduan mawar itu
Anakku, melepas kelopak mimpi dari
Kegelisahan reranting berduri
Lalu, kubawa
Kau meradangi rumah-rumah singgah
Melupakan bunda yang lelah
Terbantai di meja pesta
Hiruplah aroma darah yang berkeliaran
Di etalase emperan, mereguk debu bernanah
Di terminal – terminal. Kemudian.
Tikamkan kemaluanmu mendidih
Gedung-gedung. Biar boton dan kondom
Beranak pinak atas nama kejantanan!!
Di lorong – lorong pertempuran
Bunda sudah binasa. Sementara, jalan-jalan
Selalu memanggili kesunyian, namun
Tancapkan alamat nisan yang kau
Kenal ke atap dapur kematian. Asap
Sengketa harus mengepul, karena
Peperangan tak pernah mengenal
Dinding belas kasihan. Pancangkan cakrawala
Benakmu meninggi kebimbangan kota-kota
Kelak, orang-orang berebut
Membangun pasar ke relung dada
Karena rumah tidak lagi menampung
Sepetak sawah. Maka,
kuajak kau meninggalkan ranjangmu.
Menanggalkan busana usia
Hingga, anakmu
Kembali membunuh bunda
Bohemian Jakarta-jambi, Februari 2004
3. MELAUTKAN DARAH
Memandang laut dikedua bola matamu
Aku berlayar menempuh kerinduan pantai
Menghela sauh yang dititipkan angin.
Jentera surge. Terbuai sampai semenanjung
keabadian. Air mata laut. Lepas menari-nari
meniti buih. Gelombang pasang di
sudut kepal, badai darah lekatketepian dermaga. Mengaruskan lembayung
meradang karang. Keranda pantai. Menawarkan
pelabuhan senja ke atas ukiran pasir.
Maka, aku melautkan darah, berderas
mengalir kepunggung –punggung
sungai. Menggiring liukan jala nelayan
tuah muara. Menghela perkabungan
upacara. Bendera kertas terapung
menyambut dewa-dewa. Senja mutiara
membangun perkampungan perahu
rumah-rumah air memburu cakrawala
lalu, jangkar-jangkar awan menautkan
kedalam gerbang samudera
pintu birahi. Jendela berhala
dimabukkan geraiombak, menancapkan
palung nurani. Mendeburlah cuaca,
yang menyeret riak-riak gerimis bergegas
bertolak menggenangi hasrat pulau-pulau.
Bohemian Jambi, 03 September 2003
4. MENGHELA BADAI
Kita telah penat menyusuri kesunyian
Pantai kematian itu. Menggoreskan
Nama-nama keabadian sepanjang pesisir
Lambai nyiur menjelma kidung senja
Yang diarak menuju peraduan musim
Selalu, melulu menciptakan denah-denah
Diatas pasir yang kemudian kembali
Lenyap dalam kekuasaan angin.
Laut hanya mampu mengembangkan sauh
Pada keterbentangan jarak, kejauhan
Memintal deru ombak dalam kepala
Jangkar-jangkar terburai, pecah
Membatasi kecongkakan karang, sia-sia
Ah, haruskah kita menghela badai
Padahal, setiap desah nafas terlanjur setia
Mengiringi gelombang kesejukan ketiap-tiap
dermaga. Membiarkan deru yang berhempasan
dari setiap kuyuh. Mestikah menghembuskan
kembali buih kehidupan kedalam keleluasaan
cakrawala?sementara, pelabuhan selalu
menenggelamkan bara matahari
dalam kerindangan kamar-kamar
rembulan, membangun fatamorgana yang
terlupakan. Dibantai kegetiran ombak
menyulut buih-buih yang reda pada
keterhamparan samudra melalaikan batas
kita seperti menghela badai
meniup-tiupkan kapal-kapal dendam pada
gemuruh nafsu yang bertahta disegala fikir
kita hanya mampu menjadi nafas
yang kemudian kembali pada janji kesejatian
mempertegas gelombang kesetiaan
yang diwariskan roh-roh zaman
Bohemian Jambi, 14 Mei 2011
5. MELABUHKAN PELANGI
Gerimis berjatuhan menangisi kerindangan
Lahan yang terbentang, menyeret aroma
Mendung menggerusi ketandusan yang
Terpampang pada kedua bola matamu
Pisau berkilau, memendarkan ketajaman gempa
Pelangi darah
Gersang udara menebar benih-benih
Bunga tiada berwarna. Lava tetumbuhan
Jamur, parasit mekar memenuhi rabuk kadaluwarsa
Kekerontangan dada
O,tangisan ilalang lindap menjejaki
Kesunyian pematang.putik-putik lumut
Menyeberangkan bendungan angin
Berpecah dikeremangan .danau hama
Menuai akar tantangan. Tunas-tunas mabuk
Menggeliatkan keranuman dahan bergincu
Rerantingan masa berderak, dedaunan terbakar
Kau memetiki api dari kuncup pertempuran itu
Ketika itu, derai embun menampung lautan
Tiada bercakrawala. Bianglala bulan
Kesenyapan dengau merapat tanah
Dermaga penghabisan . keranda berlabuh
Kamboja berlayar memecahi ketersia-siaan
Badai.karang badai. Pendaratan berjentera?
O, impian kubur di samudramu, menggali
Jembatan kelelapan. Sisa kantuk di pesisir
Tak jenak menidurkan warna kematian
Memahat rumah di tepak pasir, ombak
Membentang beliung. Badai bunda
Gambar-gambar sampan bergelombang
Menghela sauh pada ketersesalan kemudi.
Bohemian jambi, 12 September 2003
6. MENONTON SENJA DI TELEVISI
Ritus iklan-iklan merebut
Harga diri. Sengketa keranda. Tetap
Saja mempertontonkan liang kebutuhan
Jogged dangdut menghantarkan goyangan
harga, mata tersilet gambar-gambar
Liukan perut dan kegemasan kutang-kutang
celana dalam, sampai busana rahasia
Memampangkan ritual nafas. Terengah
menghembus badai, menepaki tangga
gemuruh, lautan kiamat. Kematian
Jibril melintas dengan bebas?
Kemudian, pemakaman itu mengubur
Antena masa silam. Slide –slide liar
Bergerak merujuk senja ke layar televisi
Film perkabungan. Kamboja darah
memperlihatkan kronologis maut
Hingga, pergantian waktu, kalender musim
setia mengepung epidemi air mata
gerimis tergerai di jendela keabadian
Memenjarakan mendung tanah kelahiran
Dosa kepala, karena kamera-kamera
Fatamorgana memutar-putar kerimbunan benak
Warna keterasingan. music serta VCD
Kian memperlengkap menara-menara kaca
Bohemian Jambi, September 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar