Rabu, 05 Oktober 2011

SERPIHAN CERMIN

Serpihan cermim                                                                                                                                                                 berguguran di lembar-lembar hari
Jadi penanda bulan retak di penghujung malam
Mengurai-ngurai bayu yang berkesiur bawa mimpi
yang  usai di lumat embun pagi hari

Lalu!
Remah cermin
menyileti kaki-kaki kalbu yang semakin kelabu
waktu jadi sembilu
dan penantian hanya jadi nisan

Serpih makin menyerpih
Rembulan makin pipih
Malam makin kelam
tak ada bayang
semua kembali suram.

Oleh. F.Monthana

BUNDA 1


Bulan cemara masih di kepala
menggantung di mata sayu
serpihan sepi
mengkristal di senja hari
aku tandai tahi lalat kesetiaanmu
sepanjang waktu

Bulan temaram adalah luka
menganga di dada bunda
malam gelap
pekat menyergap
tapi kejora di matamu
tetap bercahaya

kupasang jam pada gelas waktu
di Setiap helaan nafas
ayat-ayat mengangkasa
menguak pintu sorga

 Oleh Feerly Moonthana
B. Lampung, 3 Desember 2000

MENONTON SENJA DI TELEVISI


Ritus iklan-iklan merebut
Harga diri. Sengketa keranda. Tetap
Saja mempertontonkan liang kebutuhan
Jogged dangdut menghantarkan goyangan
harga, mata tersilet gambar-gambar

MELABUHKAN PELANGI


Gerimis berjatuhan menangisi kerindangan
Lahan yang terbentang, menyeret aroma
Mendung menggerusi ketandusan yang
Terpampang pada kedua bola matamu
Pisau berkilau, memendarkan ketajaman gempa
Pelangi darah

MENGHELA BADAI

Kita telah penat menyusuri kesunyian
Pantai kematian itu. Menggoreskan
Nama-nama keabadian sepanjang pesisir
Lambai nyiur menjelma kidung senja
Yang diarak menuju peraduan musim
Selalu, melulu menciptakan denah-denah
Diatas pasir yang kemudian kembali

MELAUTKAN DARAH


Memandang laut dikedua bola matamu
Aku berlayar menempuh kerinduan pantai
Menghela sauh yang dititipkan angin.

MEMBUNUH BUNDA


Turunlah dari peraduan mawar itu
Anakku, melepas kelopak mimpi dari
Kegelisahan reranting berduri
Lalu, kubawa

MENGARUNGI KOTA MATAHARI

Jejak – jejak cinta melangkahi kepepakan
Kota pori matahari melindapi kesetiaan
Yang terseret – seret sepanjang alamat cahaya.
Gemerlap benih – benih rumah abadi
Sinar udara.

GEBYAR SASTRA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI ULANG TAHUN HISKI KOMISARIAT BUNGO / SANGGAR KUBU BUNGO yang ke-1

     Gebyar sastra dalam rangka memperingati hari ulang tahun HISKI KOMISARIAT BUNGO / SANGGAR KUBU BUNGO yang ke - 1 dan peringatan bulan bahasa / hari sumpah pemuda yang ke - 83 kabupaten bungo 2011  

A. LATAR BELAKANG
       Didasarkan pada kenyataan saat ini bahwa keidupan para penggiat sastra, sastrawan, guru-guru bahasa dan sastra indonesia kurang mendapat dukungan dari pemerintah maupun masyarakat menjadi ironis bila melihat peran sastra sebagai sarana transformasi sosial budaya. Maka Himpunan Sarjana Kesusateraan Indonesia (HISKI) Komisariat Bungo / sanggar kubu bungo mengajak pemerintah bermitra memberdayakan pembelajaran sastra dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi melalui berbagai kegiatan kesastraan baik yang bersifat akademik maupun non akademik.